all about Architecture, Urban design, Social Life and many more

all about Architecture, Urban design, Social Life and many more
Taman Sari Picture

Sabtu, 11 Februari 2012

Ketidaknyamanan Dalam Wawancara

Apa yang saat kita alami apabila kita akan mewawancarai seseorang? Pikirkan.
Mungkin, salah satunya bau mulut? Bukan, bukan hal yang itu. Ini hal yang berbeda.
Ketahuilah banyak akan narasumber RISET yang akan Anda wawancarai, sebelum terlambat.
Pertama, Objek dan Subjek Wawancara. Pikirkan. FOKUS.
Kedua, back ground Narasumber. Ini Penting.
Ketiga, batasi wawancara Anda. Fokus pada proses wawancara. Jangan sampai masuk ke ranah pribadi Anda.
Keempat, jangan membawa Nama Keluarga, Anda berasal dari kalangan mana. Karena hal ini bisa dijadikan Narasumber untuk meminta uang pada Anda. So, WASPADA.
Kelima, jika Narasumber menyinggung soal Dana Sumbangan alias sogokan untuk materi. STOP.
Kelima, Katakan TIDAK saat itu juga pada Narasumber.
Keenam, Carilah Narasumber lain. Masih banyak Narasumber jujur, memiliki skill dan tanggung jawab serta tak lupa memiliki norma dan etika.

Anak Penjual Puding di Solo itu ...

My Blog, tiba-tiba saja malam ini aku teringat sekitar 13 tahun yang lalu, yaitu tahun 1999. Saat itu saya masih SMP, saya lupa dan tanggal berapa, akan tetapi yang jelas saya ingat hari Minggu kala itu. Hobby travelling merupakan hobby saya hingga sekarang ini. Perjalanan ke Solo menjadi hal yang biasa saya jalani. Solo merupakan kota yang menyenangkan untuk dikunjungi, selain batik, yang utama adalah kulinernya. 
Saat siang itu, saya dan ibu saya berjalan menyusuri kota Solo melalui jalur Pedestrian yang sudah disediakan. Hingga langkah kaki kami mulai dipercepat karena hujan gerimis perlahan mulai membasahi jalanan. Kami pun berteduh disebuah emperan dekat rumah. Ada 2 orang anak kecil, usia mereka sekitar 7 dan 9 tahun. Yang satu laki-laki usia 9 tahun, sedangkan yang satunya lagi perempuan. Walaupun di saat hujan seperti ini, mereka tetap gigih berjualan puding. Yah, saya ingat sekali rasa puding itu. Puding Cokelat kelapa muda. Puding yang hanya dijual dengan harga Rp 1200/potong. Puding cokelat yang dibungkus plastik dengan rapi sekali. Ibu saya membeli banyak sekali, lantaran kasihan dengan anak kecil itu. Anak kecil yang berucap, "terima kasih banyak, bu..." Wajah mereka sumringah saat hasil jualan mereka laku keras hari itu. Mereka tertawa sambil berlarian, sambil memegangi keranjang jualan mereka yang telah kosong siang itu.
Dalam benak saya, betapa hebat anak itu. Sedari kecil sudah diajari bagaimana cara mencari uang, bagaimana cara menjajakan puding, bagaimana cara berpromosi pada pelanggan, namun yang paling UTAMA disini adalah anak kecil yang berucap TERIMA KASIH pada pelanggannya. Hal itu, jarang saya dengar pada anak kecil sekarang ini. Sungguh jarang sekali. Pengalaman berharga yang dipetik dari seorang anak penjual PUDING. Belajar untuk BerETIKA dalam BERSIKAP.

Tanamkan BUDI PEKERTI pada SIKAPMU

Dearest All, saya harus memulai dari mana pengalaman saya kemarin dan hari ini? Sejak saya mengalami banyak  permasalahan dalam menemukan judul tugas untuk kuliah, saya banyak mengamati perilaku orang beberapa hari ini, termasuk diri sendiri juga (ceritanya evaluasi diri) melalui televisi dan dunia luar, nyata. Ternyata, ada begitu banyak keanekaragaman suku, budaya, agama serta sikap manusia yang bermacam-macam.
Tempo hari saya tak sengaja pulang melalui jalur Boulevard menuju ke arah Lembah, ada satu kendaraan bermotor yang ditumpangi oleh seorang laki-laki. Ia mengenakan baju batik, sepatu hitam, celana panjang, dan tak lupa tas ransel hitam di pundaknya. Well, saya terkejut. Bagaimana bisa? YA, tas bapak tadi terbuka lebar. OMG, saya khawatir jangan-jangan ada barang bapak tersebut yang jatuh. Bermaksud ingin menolong bapak tersebut, tapi ternyata niat saya sudah keduluan oleh orang lain. Ada seorang perempuan mengenakan jilbab warna merah muda, ia menaiki motornya, dan segera melajukan motornya. Lantas, kemudian perempuan tersebut membuka kaca helmnya, dan menengok ke arah bapak itu sambil berteriak, "Pak, maaf, tas bapak terbuka." Tanpa ba,bi,bu, bapak tersebut langsung menengok ke arah tas dibelakangnya, dan langsung mengucapkan terima kasih pada perempuan tadi. Iapun mengambil lajur kiri jalan untuk berhenti sejenak memperbaiki tas ransel hitamnya. Saya tersenyum dan dalam hati berkata, ternyata masih ada manusia yang PEDULI satu sama lain, walaupun kecil perbuatan itu, namun memiliki MAKNA yang besar untuk dipelajari.
Karena terkadang, di zaman sekarang ini, tingkat kepedulian sesama sudah mulai berkurang. Seperti kejadian yang saya alami hari ini. Siang hari setelah saya riset di daerah Kaliurang, tak lupa saya sempatkan sejenak istirahat dan melihat-lihat di sebuah toko Batik. Setelah melihat-lihat Batik di lantai 2, saya bermaksud istirahat sejenak duduk di dekat Almari Batik. Tiba-tiba ada perempuan cantik mengenakan baju putih dengan cowoknya datang menuju ke arah saya. Otomatis saya, kaget, karena tangan perempuan itu langsung mengambil batik yang ada di belakang saya. Saya amat tersinggung dengan sikap perempuan tersebut. Segera saya pergi dari tempat duduk saya tadi. Cowok perempuan tadi menatap saya dengan muka tidak enak. Benar-benar tidak ada Budi Pekertinya peempuan tadi. Masih berada di area batik, ia bertemu saya pun menatap saya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Benar-benar tidak tahu diri, tidak punya etika.
Coba deh, bisa tidak berkata, " maaf, mbak, permisi. Saya mau ambil batik di belakang mbak.." atau, " permisi, mbak..." Apa susahnya mengatakan hal demikian di sekelilingmu? Perlu diingat ya, orang akan menilai sikap Anda. Jadi, jangan lupa untuk bersikap baik dan berbudi pekerti-lah di manapun Anda berada. Biasakanlah mengucapkan maaf, saat berbuat sesuatu yang salah.
Biasakanlah mengucapkan permisi/permisi numpang lewat, saat akan mengambil atau berbuat sesuatu, melewati jalan/gang kecil saat ada orang tua duduk di jalan.
Biasakanlah mengucapkan terima kasih, saat seseorang memberikan sesuatu.
Biasakanlah berucap sopan dan santun, saat berbicara pada orang yang lebih tua.
Biasakanlah Anda Menurut Kepada Kedua Orang Tua Anda.
Biasakanlah Anak Anda diajarkan BUDI PEKERTI sejak dini, sebelum terlambat.
Orang Tua harus terus mengasah Anak untuk Belajar BUDI PEKERTI.
Karena ANAK adalah CERMINAN Orang Tua.


Kamis, 09 Februari 2012

Keharusan Dalam Membuat JURNAL ILMIAH

Minggu yang lalu, teman-teman Pasca, khusus TI meributkan hal yang satu ini. Sekarang sudah ada kewajiban baru alias Kebijakan (boleh dibilang seperti itu) dari DIKTI mengenai kebijakan dalam menulis JURNAL untuk Program Pascasarjana dan Sarjana. Tentu saja membuat 3 jurnal ilmiah untuk regionalKebijakan Dirjen Dikti No. 152/E/T/2012 tanggal 27 Januari 2012. Lulusan Strata satu, Strata dua, dan Strata tiga  harus membuat makalah yang dimuat di jurnal ilmiah. Stratanya makin tinggi, makin tinggi pula mutu jurnal ilmiahnya yang dibuatnya. Yang jelas, lulusan doktor wajib membuat makalah yang dimuat di jurnal international. Woowww....betapa berat sekali kebijakan ini ?!
Terlepas dari background, kebijakan DIKTI tersebut patut diapresiasi, walau implikasi di lapangannya pasti tidak mudah. Namun menarik dan menggelitik jika membaca redaksi surat edaran dari Dirjen Dikti tersebut. Alasannya adalah sedikit sekali jumlah publikasi dari perguruan tinggi di Indonesia, sampai-sampai secara eksplisit disebutkan tertinggal dari negara tetangga. 
Semangat 45 menyusul negeri tetangga dan negara maju patut diapresiasi sebagai upaya meningkatkan publikasi ilmiah dari Mahasiswa kampus, yang selayaknya tergolong masyarakat ilmiah.  Kebijakan  ini tentunya demi meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya dalam jumlah dan mutu publikasi ilmiah untuk mutu, kualitas dan kemajuan pendidikan Indonesia.
Dugaan dari Kebijakan Dikti, jika tidak diantisipasi di lapangannya, bisa menyebabkan lamanya kelulusan, khususnya untuk tingkat Strata satu. Selain menyangkut keberagaman kualitas lulusan dan kualitas ilmu mahasiswa strata satu hingga strata tiga, dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, kebijakan ini berimplikasi pada ketersediaan jurnal ilmiah di masing-masing kampus, atau oleh asosiasi keilmuan. Dengan adanya jurnal ini, maka bisa diketahui apakah jurnal tersebut dibuat secara ASLI atau PLAGIAT dari jurnal-jurnal yang telah ada.

Selasa, 07 Februari 2012

Tembi, riwayatmu kini...

Bagaimana dengan pendapat Anda tentang Desa Wisata alias DeWi? Apa yang sekiranya menarik dari Study Kasus Desa Wisata ini? Kebetulan saya bingung untuk mencari judul tugas Studio Design Lanjut ini. Asal muasal adalah karena iseng jalan-jalan di sekitar Bantul. Sekaligus melepas penat karena tugas kuliah yang padat.
Pertama saya mengunjungi Rumah Budaya Tembi. Melihat home stay, museum serta sajian kulinernya.  Wow, bangunan Joglo yang berada di halaman depan, Museum di area belakang,Bale Dokumentasi, Bale Rupa serta Bale Karya, ada arena belajar untuk melukis, menari, untuk meeting room. Rumah Budaya Tembi pun bisa disewakan untuk acara pernikahan. Wah, saya berpikir lagi. Bagaimana dengan kebutuhan parkir untuk pengunjung tamu ya? Jika undangan yang disebar 200 tamu, sebagian besar ada yang menggunakan mobil, misalnya. Apakah area parkir bisa menampung sebanyak itu? Kelihatannya tidak memadai untuk kapasitas parkirnya.
 Lanjut ke area berikutnya, ke area home Stay atau Bale Inap, rate untuk menginap sangat bervariasi mulai dari harga Rp.425.000; hingga Rp 697.950; Harga yang sempadan dengan sajian alam yang tenang, dekat dengan areal persawahan. Apalagi dengan tambahan fasilitas kolam yang hanya ada di Bale Polaman. Sajian kuliner yang ekstrim adalah oseng-oseng burung emprit dan olahan tupai. Mata dan otak saya berpikir ribuan kali untuk memesan makanan tersebut. Finally, tidak tega makan satwa yang imut-imut. Pilihan jatuh pada pecel lele, sayur asem, tempe goreng, tahu susur serta nasi kucing belut. Menyantap makanan dengan lahap dan pikiran saya terbuai oleh hembusan angin yang sepoi-sepoi menerpa wajah.
Untuk Kedua kalinya, saya datang ke Bantul lagi. Kunjungan berikutnya adalah Desa Wisata Tembi. Setelah menuju ke desa tersebut, mengikuti jalur yang sudah disediakan oleh Pengelola, akhirnya bertemu dengan Pengelola DeWi Tembi, Pak Dawud. Ada stand pameran kulit, dengan hasil karya tas, dompet, tempat make up, tisu, pigura foto dan lain sebagainya. Rupanya ada stand batik tulis juga, motif serta warna menjadi pilihan yang menarik bagi saya. Tak rugi jika Anda berkunjung ke Desa Wisata ini. Well, membeli beberapa kerajinan yang bisa dibilang terjangkau untuk isi kantong Anda.
Setelah melihat-lihat batik, baru saya bertemu dengan Pak Dawud. Saya bercerita tentang maksud dan tujuan saya datang ke Desa Wisata ini. Pak Dawud mulai bercerita tentang sejarah dibangunnya desa wisata ini. Diajaknya saya berkeliling ke Home Stay Tembi di sekitar rumahnya. Sayang, keindahan Desa ini dirusak oleh banyaknya sampah yang berada di sekitar saluran air. Juga beberapa peralatan atau perlengkapan yang dibiarkan begitu saja di sebelah Home Stay. Dan beberapa bangunan pendopo tak terawat, dibiarkan terbuka begitu saja. Akibatnya, debu dan kotoran mudah masuk dan menempel di bagian struktur penyangga, lantai serta atap hingga jendela pendopo.  Sepertinya tidak ada orang yang membersihkan dan merawat pendopo tersebut. Jalanan becek di area pintu masuk.  Nampaknya kapasitas area parkir motor dan mobil sangat kurang. Bagaimana dengan parkir bus, misalnya? Tak mungkin bus masuk di pedesaan, mengingat lebar jalan hanya muat untuk 1 sepeda motor dan 1 mobil. Akses masuk ke Desa Wisata juga terhalang oleh beberapa pohon yang ada di area masuk desa. Yah, ini masih jauh dibilang kurangnya fasilitas wisata yang memadai.


Penutupan Acara PEKAN BUDAYA TIONGHOA VII di KETANDAN, YOGYAKARTA

Tampak Depan Pintu Masuk Pekan Budaya Tionghoa
Acara Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta VII di tahun Naga Air ini berlangsung cukup meriah. Sejak tanggal 2 Februari 2012 hingga 6 Februari 2012, dilaksanakan di daerah Ketandang, Yogyakarta. Daerah Ketandan mudah dicari di kawasan Malioboro, tepat di belakang Pusat Perbelanjaan Ramayana.
Saat saya tiba bersama kawan-kawan, tentu dengan perjuangan yang tak mudah. Ternyata menuju ke acara tersebut, harus melalui rute yang panjang. Karena selesai kuliah pukul 18:30 wib, malam hari, kami bergegas menuju ke arah Malioboro, melalui rute Kota Baru. Nasib, nasib...arus kendaraan dialihkan. Langsung kami  memutari perempatan Malioboro, ternyata masih saja dialihkan. At least, kami langsung ke arah Popeye Music, disekitar daerah tersebut kami mencari parkiran motor dekat ATM.
Setelah mendapatkan parkiran motor, dilanjutkan dengan menyusuri gang tikus, atau jalan sempit yang berbatasan langsung dengan Malioboro. Tak butuh waktu lama saat kita menuju ke sana, sekitar 10 menit.
Beruntungnya kami, acara DRAGON FESTIVAL baru dimulai,jadi kami tidak melewatkan satupun. Lautan manusia mulai memenuhi sepanjang kawasan Malioboro, rupanya.
Suasana saat Masyarakat memadati kawasan Malioboro
Ternyata rasa antusiasme warga Jogja terhadap acara ini sangat tinggi. Begitu banyak manusia memadati Malioboro. Setelah 5 Festival Naga dilihat, tujuan berikutnya kami menuju ke Ketandan. Dari kejauhan sudah nampak begitu banyak lampion merah yang bergelantungan di sekitar rumah warga Ketandan. Saat memasuki area ini, suasana Tionghoa semakin terasa kental. Sepanjang koridor, di samping kiri dan kanan terdapat stand-stand yang menjajakan makanan Tionghoa, stand kesehatan gratis, stand ramal meramal serta stand pernak-pernik Tionghoa. Stand makanan juga menyediakan sajian kuliner yang lezat dan lapar mata. Tak ketinggalan kami mencicipi kulinernya, antara lain wedang kacang, wedang dongo, lontong cap gomeh (menu wajib) dan pao-pao (all variant rasa tersedia). Untuk stand foto narsis juga ada loh. Wah, yang satu ini acara WAJIB buat kami, mumpung tersedia dan gratis tidak membayar. Jepret sana-sini deh. Ada wayang Potehi juga ternyata.

                                                             Suasana Stand Pekan Budaya


                                                                                   Cup Cakes Strawberry ala Tionghoa




                                                                                    Ada Tionghoa Idol juga nich




                                                                               Lampion merah beraneka macam size dan bentuk
                                                                
Puncak acara tentu saja di hari akhir, tanggal 6 Februari 2012, dimulai pukul 17:30 wib hingga pukul 22:00 wib. Yang paling dinanti oleh warga Yogyakarta sekitar, khusus warga Tionghoa tentu saja JOGJA DRAGON FESTIVAL, acara Kembang Api di titik kilometer nol.